Profesi DJ memang tak lepas dari kehidupan malam. Bukan Merupakan rahasia umum lagi bahwa kehidupan malam identik dengan seks bebas dan obat terlarang. Fenomena ini merupakan warna tersendiri dalam roda kehidupan. Maklum, budaya barat begitu kental mempengaruhi kehidupan saat ini.Walaupun DJ sebuah profesi yang semakin menjanjikan, banyak
Stigma yang kerap kali melekat di profesi seorang DJ.Lalu, tidak sedikit dari sebagian masyarakat yang mencibir dan memberi tanggapan yang selalu negatif kalau dunia tersebut dekat dengan narkoba dan pergaulan bebas, Dan Itu tidak bisa dipungkiri ketika mewabahnya ecstasy Ato istilah kerennya Inex. Obat terlarang jenis ini sering ditemui di klub-klub malam.Pasalnya,ecstasy/inex dianggap jodohnya house music.Efek samping ecstasy yg mengakibatkan detak jantung si pemakai akan berpacu cepat seiring dan sesuai dengan ritme/irama music yang dimainkan oleh seorang DJ, semua itu tergantung dari individunya masing-masing. Memang benar sih dunia malam itu identik sama yang namanya drugs atau kadang free sex dan juga Alkohol. Tapi nggak semua orang yang ada di dunia malam itu buruk.walau DJ tidak lepas dari dunia malam, tapi bukan berarti seorang DJ harus larut dalam obat terlarang maupun pergaulan bebas.
Terserah orang mau bilang apa, tapi menurut sudut pandang saya. DJ bukanlah orang yang munafik.Mungkin kalau minum (alkohol) itu iya,tapi bukan berarti minum untuk mabuk.sebuah aksi tidak bisa ditampilkan secara maksimal bila dalam keadaan mabuk. Mungkin kalau cuma segelas wine aja itu nggak apa-apa kan.Tapi itu nggak adil dong kalau semuanya yang terlibat di kehidupan malam adalah pengguna drugs atau penganut pergaulan bebas.Saya yakin masih banyak DJ atau orang yang berkecimpung di dunia malam masih memegang teguh norma yang berlaku.Menekuni sebuah profesi memanglah suatu pilihan untuk menjalani hidup.Bahkan, tak jarang sebuah profesi kadang menentukan status sosial dari masing-masing individu.Walau belum jelas ukurannya, stigma tertentu terhadap sebuah profesi kerap kali ditemui. misalnya DJ (Disc Jockey). Mungkin gelar atau predikat DJ bisa diperoleh melalui pendidikan yang terkesan formal ataupun otodidak.
Tapi, hal ini tentu berbeda dengan beberapa gelar seperti Sarjana, Master, atau bahkan Doktor sekalipun.Seseorang bisa meraih predikat DJ atas kepiawaiannya mixing berbagai macam karakter musik.Yang jelas, untuk menjadi seorang DJ biasanya diawali dari rasa cinta individu terhadap musik.Gemerlap malam memang menyimpan kisah tersendiri. Apalagi kehidupan di kota besar yang tersebar di Indonesia..Misalnya Jakarta, Pengaruh budaya barat begitu kental mewarnai dalam roda kehidupan. Alhasil, laju kehidupan di kota besar seakan tak pernah mati.Indikasi ini terlihat dari menjamurnya nite club dan café yang rata-rata beroperasi hingga dini hari.,ada juga yang sampai siang, dan Tempat hiburan malam memang tak lepas dari aksi para DJ (Disc Jockey) yang selalu memberikan atmosfir tersendiri.Dengan keahlian “menyulap” lagu dari panggung / counter dj ,
DJ kerap kali mampu membawa pengunjung untuk larut dalam alunan musik kreasinya.Warna dan karakter musik sang DJ memang variatif dan mempunyai ciri khas tersendiri. Keberadaan DJ dalam bisnis hiburan bisa dikatakan hal yang primer.Sama halnya dengan artis atau band, DJ memiliki penggemar tersendiri di dunia hiburan malam.Seorang DJ harus mampu memandu ratusan atau bahkan ribuan pengunjung. Bahkan, ini merupakan tantangan bagi seorang DJ.Belum lagi gemerlap laser yang dipadukan dengan dentuman music seakan memacu adrenalin. disitulah seorang DJ harus peka dan selalu berimprovisasi di tiap aksinya. “Itu karena kita nggak tahu lagu seperti apa yang harus kita mainkan.Yang jelas kalau penonton masih kelihatan kaku, ya kita harus cari lagu lain supaya suasananya lebih hangat lagi.Biasanya, seorang DJ selalu mengawali dengan musik yang sedikit mellow.Namun, sekitar setengah jam berikutnya pemandangan pun berubah. Seluruh pengunjung terlihat begitu reaksionis.Mereka seakan mempunyai motor dalam tubuhnya.
Sang DJ berusaha memompa motor itu untuk melaju kencang.Alhasil, tidak sedikit dari sebagian pengunjung yang memerlukan tenaga ekstra. Biasanya, obat terlarang dan psikotropika adalah pilihannya.Memang tidak mudah untuk menyatukan isi kepala dari ribuan pengunjung.
Pasalnya, tidak semua orang menyukai suatu jenis musik tertentu.Yang jelas sukses atau nggaknya sebuah Club.. itu tergantung kita. Jadi pressure itu sebenarnya ada di diri kita sendiri.Kita juga harus mikirin karir, penentuan karakter kita supaya lebih dikenal, dan harus terus up-date lagu.Setiap pekerjaan pasti punya tantangan, buat seorang DJ, tantangan yang utama adalah menggabungkan lagu dengan mulus.tugas DJ baru bisa dibilang sukses bila ia sanggup membuat suasana tetap hidup.Disitulah kepuasannya, nggak ada yang bisa menggantikan kepuasan kalau Saya bisa buat pengunjung on fire.Sekarang jangan mengaku sebagai anak gaul, jika tidak bisa menjadi DJ atau nge-DJ. Kini nge-DJ sudah tidak lagi identik dengan dunia malam.Buktinya nge-DJ tidak hanya dilakukan di club, diskotek, atau lokasi dunia gemerlap (dugem) lainnya.Tetapi bisa di acara pesta ulang tahun, peluncuran produk, ataupun outdoor party.
Jadi ternyata peluang buat nge-DJ semakin bertambah lebar.Sudah bukan zamannya DJ identik dengan dunia malam, alkohol, ekstasi atau narkoba. Sebab sekarang nge-DJ sudah menjadi gaya hidup anak gaul.Anggapan bahwa DJ identik dengan alkohol itu sudah mulai bergeser.Para DJ sekarang benar-benar menunjukkan citranya sebagai seorang yang profesional dalam bekerja.Bahkan para orangtua pun sekarang mulai tidak melarang-larang anaknya untuk belajar di sekolah DJ.Harus diakui bahwa nge-DJ itu tidak hanya sekedar hobi. Namun juga bisa dijadikan sebuah profesi yang benar2 profesional.Bagaimana agar cepat bisa nge DJ? Ternyata teori saja tidak cukup. Terpenting adalah sering mendengarkan dan melihat DJ profesional beraksi.
0 komentar :
Post a Comment